Happy New Year

“Selamat tahun baru!”

Ucapan yang diikuti oleh riuhnya petasan memeriahkan sunyinya malam pergantian tahun. Di kediaman Trian, sebuah acara dirayakan dengan pesta barbekyu dan doa bersama agar diberikan berkah yang melimpah di tahun baru. Anak-anak Trian telah tidur, jadi hanya ada tuan rumah, Thalia, Natta, Eila, dan Jibran. Semua mata memandang ke arah langit ibu kota yang dihiasi oleh gemerlapnya tahun baru.

Trian dan Thalia saling mendekap, Jibran dan Eila berangkulan, sedangkan Natta yang jomlo hanya bisa berpuas diri menjadi tunggal. Meski sederhana, kebahagiaan yang ada terasa besar. Melupakan sejenak masalah yang masih mengikuti, Jibran dan Eila memanfaatkan waktu tahun baru untuk memadu kasih—meski hubungan mereka belum pasti. Jibran memeluk Eila tanpa ragu, bahkan menciumnya tepat di pipi hingga semburat merah Eila timbul.

“Aku sayang kamu, Eila. Jangan bosen dengernya, ya.”

Eila terkekeh pelan selagi lengannya melingkar di sekitar leher Jibran. “Aku nggak akan bosen,” balasnya yang diikuti kecupan manis di bibir sang lawan. “Aku juga sayang kamu, Jibran.”

Jibran lebarkan senyumnya dan berkata sebelum mencium Eila, “Selamat tahun baru.”

Ciuman manis di bawah langit berlukiskan kembang api di tahun baru, menjadi penguat dua hati yang tidak mau diganggu. Tidak peduli dengan orang-orang sekitar yang masih sibuk memandang ke atas, Jibran dan Eila sibuk dengan dunia mereka.

“Heh! Jangan ciuman di sini!” hardik Trian tidak sengaja melihat adegan kurang pantas di rumahnya.

Trian ingin memisahkan sejoli yang bermesraan tanpa tahu tempat, tapi malah ditahan oleh Natta dan Thalia.

“Udah, Mas. Mereka nggak ciuman lagi, kok,” tutur Thalia mencoba menenangkan suaminya yang kepanasan.

“Iya, Kak. Itu lagi saling lempar senyum.”

“AKU NGGAK PEDULI! JIBRAN SAMA EILA HARUS DIPISAHIN BIAR NGGAK ANEH-ANEH! BELUM BALIKAN AJA UDAH BEGITU! GIMANA BALIKAN?”

Jibran dan Eila mendengar teriakan histeris itu yang berusaha digagalkan oleh Thalia dan Natta. Dasar sudah telanjur cinta, Jibran dan Eila tidak peduli dengan gangguan sekitar. Termasuk musuh besar yang ingin memisahkan mereka sejak lama. Selagi mereka mampu menghadapi segala rintangan, siapa pun yang menghalau pasti akan kalah.