Merajai Sang Ratu

cw // mature content

Kemesraan Martin dan Martha berlanjut hingga ke ranjang. Tentu pada malam hari saat Julian sudah pulang dan Markus telah tidur lelap. Saling bersentuhan tanpa ada perca yang menghalangi, peluh bercucuran tanpa tahu siapa sang pemilik, serta desahan kenikmatan mengisi kesunyian malam yang menjadi saksi beradunya sejoli.

Martha pasrah di bawah kuasa Martin, biarkan sang raja mendominasi ratunya yang selalu gagal menandingi. Mata Martin mengagumi setiap detail kecil dari daksa istrinya, tidak menganggap perubahan Martha sebagai kekurangan yang perlu ditutupi. Jejak stretch mark yang mulai hilang bagaikan lukisan ajaib dari hasil perjuangan melawan hidup dan mati, padatnya tubuh Martha di beberapa titik menambah sensasi tersendiri ketika Martin sentuh dan remas tanpa henti.

Rasa kagum Martin tidak pernah berkurang, bahkan ketika pria itu melisankan segala sanjungan tepat di telinga Martha, itu adalah rangkaian kata tulus sebagai bentuk kekaguman akan ciptaan Tuhan yang selalu indah. Martin tarik Martha untuk bangkit, hingga berakhir di pangkuan sang pria yang membuat penyatuan mereka terasa lebih intim.

Martha kalungkan kedua lengannya di leher Martin, menengadah ketika pacuan di bawah sana membuat kesadaran sang puan makin direnggut oleh kenikmatan, memberi kesempatan bagi prianya untuk menjamah leher menggunakan bibirnya dan meredam desah agar tak mengganggu tidur sang tunggal. Di masa awal pernikahan yang langsung tinggal berpisah dari orang tua, Martin dan Martha bebas berekspresi melalui suara ataupun gerakan brutal demi mencapai puncak.

Setelah menikah, segalanya jadi terbatas, tetapi tidak menghalangi mereka untuk berbuat sesukanya. Hanya perlu hati-hati agar Markus tidak tiba-tiba bangun. Bisa saja mereka melakukan di tempat lain, hanya saja tidak bisa biarkan Markus seorang diri dan ujung-ujungnya kamar tetap jadi tempat terbaik untuk bersanggama.

“Martin …,” erang Martha seraya menunduk.

Mencari lawan yang wajahnya merah akibat kepanasan dan hampir mendekati pelepasan. Martha bergerak tidak tenang di atas Martin, sedangkan di bawah sana pun ikut mempercepat tempo saat ada yang ingin melesak keluar dan menyelesaikan ronde pertama.

God ….”

Rasanya tidak etis menyebut nama Tuhan ketika kenikmatan duniawi yang ingin dicapai, tetapi sungguh, Martin menggila karena tidak bisa menjerit puas ketika pelepasannya sampai tidak lama setelah Martha tiba lebih dulu. Martha terkulai lemas dalam dekapan Martin, sembunyikan wajahnya di balik pundak yang naik turun cepat berkat permainan hebat.

Martin raih rambut Martha yang menghalangi pandang, merapikannya, lalu menyelipkannya ke belakang agar bisa dia tatap sang lawan yang masih tidak berdaya. Perlahan Martin baringkan Martha untuk jeda sesaat dan mempersiapkan diri ke permainan selanjutnya, disusul oleh sang pria yang tergolek lemas di samping istrinya, tak lupa memeluk agar tidak berjauhan.

“Kamu jangan minta lagi,” tutur Martha dengan napas tersengal-sengal. “Aku masih capek.”

Martin yang energinya sudah kembali hanya tertawa, tidak berniat memaksa juga bila Martha ingin berhenti dan merasa cukup bermain sekali. Martin genggam tangan Martha, mengecup punggung tangannya yang lebih berisi dan menciptakan sensasi tersendiri ketika disentuh begini.

Kata orang, setelah melahirkan, syahwat perempuan biasanya menurun karena perubahan hormon dan lelah menjemput akibat mengurus anak. Martha pun merasakan hal sama. Dia masih bisa memberikan hak Martin, tapi jelas berbeda jika dibandingkan masa-masa bulan madu. Martha bisa kuat bermain lama, menandingi energi suaminya yang seperti tidak pernah habis.

Butuh lima belas menit sampai akhirnya Martha relaks, bisa merespons sentuhan-sentuhan kecil yang Martin bagi di dada dan perutnya. Saat Martha beralih untuk menyentuh kenikmatan suaminya, rengekan kecil terdengar dan lama-lama berubah lantang hingga membuat sejoli itu panik.

Secepat kilat Martha mengambil night robe di lemari untuk menutupi tubuh seadanya, sedangkan Martin lari terbirit-birit ke kamar mandi untuk mandi tanpa mendapat kesempatan ronde kedua.