Mutlak
Mobil Martin berhenti di rumah kerabatnya untuk menjemput Markus yang dititipkan selama orang tua sang tunggal menemui Dalia. Mesin sudah dimatikan, tetapi sejoli itu belum keluar dari sana karena Martha masih berada di dunianya—melamunkan perkara tadi yang membuatnya syok. Tangannya tidak lagi bergetar, tetapi sorot mata Martha tidak berbohong menyiratkan luka.
Martin melepas seatbelt-nya dan seatbelt Martha, lalu menarik wanita itu ke dalam dekapan untuk berbagi beban yang ada di kepala. “Jangan takut. Dalia nggak akan bebas,” tutur Martin. “Kamu juga nggak akan nyuruh aku cabut laporan, ‘kan? Soalnya Dalia berhak dapetin itu.”
Martha tidak menjawab, tetapi diamnya diartikan setuju karena bagaimanapun Dalia tidak menunjukkan rasa kapok dan tetap menyerangnya melalui kata—bahkan hampir membuat serangan fisik. Martin kecup dahi Martha beberapa kali, mencoba menghapus segala kekhawatiran di kepala yang terlalu menumpuk. Jika Dalia tidak mencicipi bui, gadis itu tidak akan berubah dan terus mencari mangsa—mungkin Martha akan tetap jadi mangsanya.
“Gimana kalau kita siapin ulang tahun Markus aja?” Martin mengalihkan topik pada yang lebih penting dan menyenangkan. Berhasil mengundang senyum Martha meski belum hilangkan beban yang tetap menumpuk di kepala.
“Kamu nggak apa-apa, Martin?” tanya Martha seraya membebaskan diri dari pelukan suaminya. “Aku udah niat diet setelah Markus bisa jalan, tapi pasti nggak cepet turun. Kamu nggak apa-apa punya istri begini sampai balik kayak dulu?”
Setiap kali fisiknya disinggung, pertanyaan itu akan terus muncul dari belah bibir sang puan. Bukannya ingin meminta validasi bahwa dia tetap cantik, hanya ingin Martin yakin pandangannya terhadap Martha tidak akan berubah.
Cantik itu relatif, tetapi bagi Martin, cantiknya Martha adalah mutlak. Termasuk perasaan yang telah tertanam sejak awal mereka berjumpa. Tidak akan luntur semudah itu hanya karena perubahan sementara dan disebabkan oleh Martin juga.
“Mau berapa kali nanya pun, pandangan aku ke kamu nggak akan pernah berubah, Martha. Kamu istri aku yang paling cantik dan itu mutlak.”