Sadar atau Dendam?

Menjadi tahanan rumah selama proses penyidikan berlangsung tidak membuat Dalia senang, tetapi setidaknya dia masih bisa bernapas bebas di kediaman sendiri, tentunya diawasi oleh orang tua dan kepolisian yang bergantian bertugas.

Sebagai perempuan muda yang sering berkeliaran hingga larut malam, Dalia tentu merasa terpenjara, tetapi jika dia masih bisa merasakan sedikit fasilitas yang bagus di rumah dan menikmati makanan sedap, itu tidak masalah baginya asalkan bisa bebas dari segala tuntutan.

Tiga hal yang paling memberatkan Dalia selama menjadi tahanan adalah dia tidak diizinkan menggunakan ponsel, televisi dan internet tidak menyala, jadi tidak tahu bagaimana perkembangan di luar sana, gosip-gosip terkini dari selebritas, komunikasi yang terputus bersama teman, apalagi mengetahui kabar Martin yang sering sekali update—dan sebelumnya bisa Dalia lihat dari dekat saat masih bekerja dengan sang idola serta kakaknya.

Setelah kejadian di ulang tahun Julian, bahkan sejak menyebarkan fitnah di media sosial, Dalia tidak menyesali perbuatannya sedikit pun. Baginya bila dia tidak bisa bahagia melihat sang idola bersama orang lain, maka orang lain yang bersama idolanya pun tidak boleh bahagia.

Dalia tetap pada pendirian bahwa Martha layak mendapatkan siksaan itu, apalagi sosoknya yang tidak seperti dulu dan berakhir mendapat banyak komentar buruk, membuat gadis itu bisa puas menari di atas derita korbannya. Lagi pula Dalia tidak sendiri. Ada banyak juga yang tidak menyukai Martha dan sangat vocal menyuarakan rasa itu, meski banyaknya berakhir dilaporkan oleh Martin dan Julian atas cyber bullying.

Saat ini Dalia sedang berbaring santai di kamarnya yang luas, lengkap dengan kamar mandi dalam, kasur yang empuk, dan pendingin ruangan yang bekerja dengan baik. Sebelumnya jauh lebih lengkap dengan adanya laptop dan Wi-Fi pribadi. Sekarang dua benda kesayangan itu disita dan membuat Dalia harus betah tanpa internet selama berhari-hari.

Awalnya frustrasi, tetapi itu lebih baik daripada harus berakhir di bui. Ketika tubuhnya berbaring telentang dan matanya terpejam, ketukan pintu di luar kamar mengganggu ketenangan Dalia. Tak lama seseorang masuk dan muncullah Julian yang rapi dengan kemeja abu-abunya. Sekarang melihat Julian membuat Dalia muak, sebab kakaknya yang membuat dia berada dalam kondisi seperti itu.

“Ayo, siap-siap. Lo harus diperiksa lagi,” titah Julian mendekati Dalia dan berdiri di sisi kasur.

“Diperiksa apa lagi, sih?” erang Dalia kesal. Daya magnet kasur telanjur membuatnya betah.

“Ayo, Dek. Lo jangan kelamaan. Polisi udah nunggu tuh di luar.”

Dalia berdecak kesal, gerah karena polisi yang disebut-sebut paling mengganggu ketenangannya. Mau tidak mau Dalia berdiri dan mendorong Julian keluar agar dia mempersiapkan badan untuk pergi. Julian tidak menolak dan setia menunggu adiknya di luar pintu kamar yang ditutup rapat.

Lima menit kemudian, Dalia keluar dengan pakaian yang tadi dia kenakan—kaus oblong dan celana kulot hitam—ditambah sling bag untuk membawa beberapa riasan seperti lip balm, sunscreen, dan bedak agar wajahnya tidak kusam.

Seperti sebuah rutinitas, Dalia harus mau sibuk selama proses penyidikan berlangsung. Gadis itu masih yakin bisa bebas. Kalaupun tidak, orang tuanya pasti mengajukan banding karena tidak mungkin mereka tega melihat Dalia tinggal di bui dalam waktu lama.

Dalia dibawa di mobil petugas, sedangkan Julian mengikuti menggunakan mobilnya seorang diri. Tidak ada pikiran macam-macam sepanjang perjalanan menuju tempat pemeriksaan, Dalia hanya perlu melakukan semua sesuai anjuran pengacara yang sudah menunggu di sana.

Ketika tiba di lokasi pun semuanya tampak aman dan Dalia keluar bebas dari mobil bersama penjagaan ketat dari pihak berwajib yang sedia mengawasi. Baru ketika Dalia melangkah menjauhi mobil, tiba-tiba segerombolan orang datang dari gerbang masuk dan mengejar gadis itu hingga menghalangi jalan.

Dalia tidak menghitung ada berapa, tetapi yang pasti menyulitkan petugas untuk menyingkirkan mereka agar memberi jalan. Julian yang baru tiba pun gagal melindungi sang adik, sebab jalannya ditutup rapat oleh orang-orang yang mengerubuni Dalia.

“Sialan lo! Udah fitnah Martha!”

“Jadi cewek jahat banget sih lo!”

“Enggak punya empati!”

“Penyebar fitnah!”

“Semoga lo lama di penjara, ya!”

“Julian malu punya adik kayak lo!”

Get well soon, deh.”

“Betah ya di penjara.”

Berbagai makian, celaan, hinaan, terus Dalia terima selama dia berusaha dibawa masuk oleh petugas agar terbebas dari kerumunan. Dalia yang awalnya santai seketika syok menerima berbagai ujaran kebencian atas ulahnya yang terlampau parah. Tubuhnya sampai lemas karena tenaganya menipis dan berbagai kata buruk terus ditangkap jelas oleh rungunya, memengaruhi Dalia yang terguncang sepanjang dibawa untuk melewati kerumunan.

Tidak cukup melalui lisan, ada beberapa orang yang tidak terlihat presensinya melempar Dalia menggunakan bola kertas beberapa kali, sebagai hukuman kecil atas ulahnya yang tidak bisa dimaafkan. Lebih ekstrem lagi ketika dua telur mendarat tepat di kepala Dalia dan mengotori rambut hingga tercium bau anyir.

Tubuh Dalia bergetar, pandangan matanya kosong menyiratkan ketakutan, baginya ini berlebihan untuk diterima dalam satu kali kejadian. Dalia sampai terjatuh karena tidak berdaya, segera diangkat oleh petugas yang akhirnya bisa menyingkirkan kerumunan berkat dibantu oleh petugas lain.

Setelah situasi lebih kondusif, Julian menghampiri Dalia yang dibantu oleh petugas untuk berdiri. Julian memeluk adiknya, mengabaikan bau anyir dari tubuh Dalia dan melindungi gadis itu dari berbagai serangan yang mungkin akan datang untuk kedua kali.

Cukup satu kali serangan, berhasil menjatuhkan Dalia ke jurang yang masih dangkal. Setidaknya itu membuka mata Dalia bahwa ada ganjaran atas kelakuannya, serta memberi tahu bahwa yang dialami Martha akibat ulahnya jauh lebih parah.

Sekarang Dalia tahu bagaimana rasanya dijatuhkan oleh aksi orang-orang, tahu bagaimana jadinya ketika karma datang tanpa mengenal waktu.

Hari ini, esok, beberapa hari ke depan, Dalia pasti akan mendapatkan ganjaran yang tepat. Tinggal melihat hasil apakah ganjaran itu menyadarkan Dalia atau menimbulkan dendam untuk balik menyerang.